Kamis, 20 Juni 2013

Taat itu Sederhana

Seorang anak dilarang makan permen oleh orangtuanya, karena sedang batuk. Namun ketika ia melihat satu stoples permen di meja makan yang warnanya begitu menarik, ia mulai tergoda. Ada keinginan untuk mengambil dan menikmati permen itu.

Lalu ia teringat pada larangan orangtuanya. Hatinya bergumul. Ia tahu bahwa sebenarnya ia tidak boleh makan permen selama masih batuk, tetapi keinginannya untuk menikmati permen tersebut ternyata jauh lebih besar dari larangan orangtuanya. Akhirnya, ia lebih memilih keinginan hatinya.



Demikian juga dengan Hawa di taman Eden. Ia tahu bahwa buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, tidak boleh dimakan. Akan tetapi, godaan dan keinginan hatinya mengalahkan larangan tersebut.

Ia melihat bahwa buah itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, apalagi buah itu akan memberi pengertian. Sungguh buah yang menarik hati.

Dari keinginan tersebut lahirlah perbuatan yang melanggar larangan Tuhan. Sehingga jatuhlah Hawa ke dalam dosa karena ketidaktaatannya.


Sesungguhnya, ketaatan itu sederhana. Kita hanya diminta melakukan apa yang dikatakan Tuhan, tidak lebih dan tidak kurang. Namun, mengapa dalam kondisi tertentu kita sulit untuk taat?

Sebenarnya yang sulit bukan perintah atau larangannya, tetapi mengendalikan keinginan hati kita. Keinginan hati yang bertentangan dengan perintah atau larangan Tuhan, bisa membuat kita merasa berat untuk taat.

Mari terus kenali Tuhan dan segala kehendak-Nya, agar setiap keinginan hati kita makin selaras dengan kerinduan-Nya. —RY

Ketaatan itu sederhana saja: lakukan apa yang diminta Tuhan, jauhi apa yang Dia larang.

Respons terhadap Kritik

Mendapat kritik memang tidak enak. Telinga kita terasa panas dan lidah kita ingin segera membantah. Kalau kita punya kekuasaan yang cukup, kita ingin membungkam si pengkritik dengan cara apa pun, seperti yang digambarkan dalam film V for Vendetta.

Film ini mengisahkan tentang situasi negara Inggris di masa depan yang dipimpin oleh seorang diktator. Suatu hari sang diktator menerima kritik dari seseorang. Tak lama kemudian, sekelompok pasukan menyergap si pengkritik tersebut. Lalu nasibnya tak pernah terdengar lagi sejak saat itu.



Kritik memang tidak enak didengar. Namun kalau dikelola dengan baik, kritik dapat menjadi sesuatu yang berharga. Caranya, dengan tidak langsung bereaksi pada saat dikritik. Sebaliknya, tenangkan diri dan renungkan isi kritik itu.

Kalau memang isinya benar, berterima kasihlah kepada si pengritik dan mulailah mengubah diri kita. Kalau isi kritik itu salah, selidiki mengapa sampai orang melemparkan kritik tersebut.

Mungkin ada sesuatu yang membuat orang itu salah mengerti tentang kita. Klarifikasikan hal tersebut. Kritik yang terasa pahit bisa saja menghasilkan buah yang manis. —ALS

Kritik memang tak enak didengar, tapi perlu; sebab ia akan menunjukkan yang tidak beres. ~Winston Churchill

Kesalahan dapat Menjadi Berkat

Saya pernah melakukan sebuah kesalahan fatal: mengisikan solar ke mobil berbahan bakar premium.

Akibat kesalahan tersebut, tangki bensin mobil itu harus dikuras dan dicuci. Sejak pengalaman tak menyenangkan tadi, saya lebih berhati-hati ketika mengisi bahan bakar.



Manusia memang tak luput dari kesalahan, entah itu sepele atau fatal. Kesalahan-kesalahan yang kita lakukan dalam hidup ini bisa mengakibatkan kegagalan, bahkan kehancuran.

Ajaibnya, di tangan Tuhan, keadaan bisa menjadi sangat berbeda. Sebab, apabila Tuhan berkehendak, Dia sanggup mengubah sebuah kesalahan menjadi berkat.

Seperti yang terjadi dalam kehidupan (Nabi) Yunus. Yunus telah bersalah kepada Tuhan saat ia lari dari perintah Tuhan.

Akibatnya, ketika berlayar di tengah samudra, ia dikejar oleh badai gelombang yang menakutkan. Akan tetapi, dalam 'langkah salah' Yunus tersebut, Tuhan sanggup berbuat sesuatu.

Selain memberi teguran kepada Yunus, Tuhan pun membukakan mata para awak kapal, sehingga mereka percaya kepada Tuhan yang benar dan hidup.

Tuhan sanggup mengubah kesalahan menjadi berkat. Bahkan tak hanya untuk kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Namun demikian, bukan berarti kita boleh seenaknya berbuat kesalahan di hadapan Tuhan.

Justru pada saat-saat demikian, kita mesti mengakui dan menyerahkan segala kesalahan kita kepada Tuhan. Lalu tidak mengulangi kesalahan itu, dan tidak berkubang dalam penyesalan yang berkepanjangan.

Bertindaklah. Ambillah langkah untuk berani hidup benar, sehingga bahkan orang lain pun dapat melihat Tuhan yang bekerja melalui kelemahan-kelemahan kita. —RY

Bawa dan akui kesalahan kita kepada Tuhan, Dia sanggup mengubah kesalahan menjadi berkat.